Bagi para kutu buku, mencari ”makanan”
berupa bacaan sudah tak perlu lagi memenuhi lorong-lorong toko buku di
pusat belanja. Kini ada beberapa perpustakaan modern di Jakarta yang
menjadi tempat tongkrongan para kutu buku.
Freedom Library misalnya. Perpustakaan
umum yang berada di Jalan Proklamasi No 41 Jakarta Pusat ini setiap hari
menjadi sarang para kutu buku berkumpul. Perpustakaan yang terdapat di
lantai dasar Wisma Proklamasi ini sejak tiga tahun lalu sudah menarik
perhatian para pencinta buku. Kepala Divisi Perpustakaan dan Dokumentasi
Freedom Institute Wahyu Budhi Nugroho menyebutkan, lebih dari 11.000
judul buku disediakan di Freedom Library.
Freedom Institute, sebagai lembaga yang
menaungi Freedom Library, dikatakan Wahyu, memang lebih memfokuskan
perhatian ke literatur-literatur yang membahas tentang politik, ekonomi,
dan demokrasi dunia. ”Untuk koleksi buku di Freedom Library ada sekitar
11.000.Tapi itu tidak termasuk buku-buku yang belum dikeluarkan. Dari
ribuan koleksi buku, kami paling banyak memiliki buku-buku tentang
politik, ekonomi,dan demokrasi,” ujar Wahyu kemarin.
Dia menambahkan, buku buku yang
disediakan di Freedom Library memang lebih ditujukan untuk mahasiswa
jenjang Strata 1 dan Strata 2. Lebih lanjut Wahyu menceritakan beberapa
mahasiswa yang datang ke Freedom Library mengaku banyak menemukan
buku-buku literatur luar ataupun dalam negeri yang tidak ditemukan di
perpustakaan lainnya.
Keberadaan perpustakaan modern seperti
Freedom Library ini pun ternyata tidak hanya dimanfaatkan mahasiswa yang
berdomisili di Jakarta ataupun sekitarnya. Mahasiswa dari luar kota
seperti Bandung dan Yogyakarta juga kerap berburu buku di tempat ini.
Salah satunya mahasiswa dari Universitas Padjadjaran yang setiap
tahunnya secara rutin berkunjung ke Freedom Library untuk melakukan
studi literatur.
Beragamnya jenis buku ataupun literatur
yang disediakan perpustakaan ini pun membuat Freedom Library mengizinkan
pengunjungnya untuk mengkopi buku yang mereka baca. Syaratnya, selain
mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota, pengunjung juga harus
menuliskan formulir yang memastikan bahwa mereka mengkopinya hanya untuk
kepentingan pendidikan, bukan untuk diperbanyak.
Suasana Freedom Library yang tenang dan
sejuk tidak hanya menyediakan meja dan kursi untuk membaca.Namun, di
tempat ini juga disediakan sofa-sofa empuk yang bisa membuat pembaca
tidak bosan untuk melahap buku-buku yang mereka nikmati. Para kutu buku
pun terbilang betah berlama-lama di Freedom Library.Perpustakaan yang
juga memiliki taman bersantai di halamannya ini dibuka untuk umum setiap
hari kerja mulai sejak pukul 09.00 WIB hingga 19.00 WIB.
Seperti yang diungkapkan Sony, 23,
mahasiswa perguruan tinggi di Jakarta Pusat. Dibandingkan harus
mencari-cari buku di toko buku besar, dia lebih senang menghabiskan
waktu di tempat ini.”Dulu memang cari buku yang lengkap itu hanya di
toko buku.Tapi, perpustakaan kayak gini ternyata lebih enak dan bikin
betah, sampai lupa waktu.Suasananya juga tenang, enggak berisik,
meskipun ramai,” katanya. Selain menyediakan ruang baca, Freedom Library
juga menyediakan ruang-ruang diskusi.
Beberapa komunitas di Jakarta kerap
menggunakan Freedom Library sebagai tempat berkumpul mereka. Pilihan
lain untuk dapat menemukan perpustakaan modern juga dapat ditemukan di
Jalan Danau Limboto C2 No 96, Penjernihan, Jakarta Pusat. Sebuah rumah
modern dengan tiga lantai bernama Fadli Zon Library menjadi opsi tempat
si kutu buku berkumpul. Di sini dapat ditemukan banyak literatur-
literatur yang berkaitan dengan sejarah, budaya, hingga politik. Untuk
koleksi buku, Fadli Zon Library menyediakan hingga 45.000 pilihan buku.
Mulai dari buku-buku terbaru hingga
buku-buku tua dan kuno dapat ditemukan di sini. Tidak hanya buku, Fadli
Zon Library juga memiliki koleksi majalah, naskah, hingga ribuan lembar
koran kuno yang terbit pada ratusan tahun silam. Salah satu buku tertua
yang dapat ditemukan di sini adalah Het Amboinsch Kruid-Boek
(Herbarium Amboinensis) karya Georgius Everhardus Rumphius terbitan
tahun 1747 dan Histoire de Sumatra karya William Marsden terbitan tahun
1788 dalam dua volume.
Sedangkan untuk koran tua, Fadli Zon
memiliki Selompret Malajoe (1862), Wazir Indie (1878- 1979), Sin Po
(1922-1955), Patriot (1946-1947), Berdjoang (1946-1947), Madura Syuu
(1943-1945),dan sebagainya. Seperti Freedom Library yang sering
dijadikan tempat berkumpul komunitas studi di Jakarta,Fadli Zon Library
juga demikian. Di sini disediakan sebuah lantai khusus untuk diskusi
yang juga biasa menjadi tempat berkumpul tokoh-tokoh intelektual dalam
dan luar negeri.
Artikel
lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar