ILMU TASAWUF ( TAREKAT DAN PERKEMBANGANNYA DI NUSANTARA )
BAB I
PENDAHULUAN
Tarekat
berasal dari bahasa Arab : tarekaq, jamaknya tara’iq. Secara etimologi berarti
(1) jalan, cara (al-kaifiyyah)(2) metode, sistem (al-uslub)(3) mazhab, aliran,
haluan (al-mazhab).
Ada
beberapa hal yang menjadi penting dalam pembahasan sejarah perkembangan tarekat
di Indonesia, yakni : Sejarah
pertumbuhan dan perkembangan tarekat dan Periodisasi
sejarah perkembangan tarekat di Indonesia.
Sebenarnya
membicarakan tarekat, tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf karena pada
dasarnya Tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf. Di dunia Islam tasawuf telah
menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu
tersendiri. Landasan tasawuf yang terdiri dari ajaran nilai, moral dan etika,
kebajikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kehkusyuan telah
terpancang kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan
dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan berbagai
kepercayaan atau mistis lainya. Sehingga kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa
dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pertumbuhan Tarekat
Tumbuhnya
tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama islam, yaitu
ketika nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa
pribadi nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali
bertakhannus atau berkhalwat di gua Hira. Disamping itu untuk mengasingkan diri
dari masyarakat Mekkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan.
Takhannus dan khlalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan
hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Proses khalwat yang
dilakukan nabi tersebut dikenal dengan tarekat. Kemudian diajarkan kepada
sayyidina Ali RA. dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan
sahabat-sahabatnya sampai akhirnya sampai kepada Syaikh Abd Qadir Djailani,
yang dikelal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah.
Al-Jurjani
‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali mengatakan bahwa : Tarekat ialah metode khusus yang
dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui
tahapan-tahapan/ maqamat. Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian,
Pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam
mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat
sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brother hood) yang ditandai dengan adannya
lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah. Bila ditinjau dari sisi
lain tarekat itu mempunyai tiga sistem, yaitu: system kerahasiaan, sistem
kekerabatan (persaudaraan) dan sistem hirarki seperti khalifah tawajjuh atau
khalifah suluk, syekh atau mursyid, wali atau qutub.
2.2 Macam-macam
Tarekat
Setidaknya
ada ratusan tarekat yang telah berkembang di Dunia. Tentu untuk menjelaskan
kesemua tarekat tersebut tidak cukup memuat di lembaran makalah yang hanya
beberapa lembar ini. Untuk itu penulis hanya mengangkat beberapa tarekat saja
yang paling tidak bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada kita tentang
Tarekat tersebut termasuk ajaran-ajarannya.
1) Tarekat
Qadiriyah.
Qadiriiyah
adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya yaitu Abdul al-Qadir
Jailani yang terkenal dengan sebutan Syeikh Abd al-Qadir Jila al-Gawast
al-Auliya. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah
spritualitas Islam, karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi
tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia.
Kedati struktur organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah kematiannya.
2) Tarekat
Syaziiliyah
Pendirinya
yaitu Abu al-Hasan al-Syadzili. Nama legkapnya adalah Ali ibn Abdullah bin Abd
Jabbar Abu al Hasan al-syadziili. Beliau dilahirkan di desa Ghumarra. Terekat
ini berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir, Sudan, suriah dan
semenanjung Arabiyah, masuk Indonesia khususnya di Wilayah Jawa tengah dan Jawa
Timur. Adapun pemikiran pemikiran terkat al-Syaziliyah antara lain : Pertama,
Tidak menganjurkan kepada muridnya untuk meninggalkan profesi dunia.
Pandangannya mengenai pakaian, makanan dan kendaraan, akan menumbuhkan rasa
syukur kepada Allah SWT. Meninggalkannya yang berlebihan akan menimbulkan
hilangnya rasa syukur, dan berlebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa
kepada kezaliman. Kedua, Tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Islam.
Ketiga, Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud
adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan.. Keempat, Tidak ada larangan bagi
kaum salik untuk menjadi Miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak
tergantung pada harta yang dimilikinya. Seorang boleh saja mencari harta, namun
jangan menjadi hamba dunia. Kelima, Berusaha merespon apa yang sedang mengancam
kehidupan umat , berusaha menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami
oleh banyak orang yang hanya sibuk dengan urusan duniawi. Menurut ajaran
tarekat Syaziliyah mudah dalam perkara ilmu dan akal. Ajaran serta
latihan–latihan penyucian dirinya tidak rumit dan tidak berbelit-belit. Yang
dituntut dari para pengikutnya adalah meninggalkan maksiat, harus memelihara
segala yang diwajibkan oleh Allah SWT dan mengerjakan ibadah-ibadah yang
disunnahkan sebatas kemampuan tanpa paksaan. Bila telah mencapai tingkat yang
lebih tinggi, maka wajib melakukan zikrullah sekurang-kurangnya seribu kali
dalam sehari semalam dan juga harus beristigfar sebanyak seratus kali dan
membaca shalawat terhadap nabi Muhammad SAW sekurang kurangnya seratus kali
sehari-semalam.
3) Tarekat
Naqsyabandiyah
Pendiri
tarekat ini adalah Muhammad bin Muhammad Bah al-Din al-Uwaisi al-Bukhari
Naqsyabandi. Lahir di Qashrul Arifah. Ia mendapat gelar Syah yang menunjukkan
posisinya yang penting sebagai pemimpin spiritual. Ia belajar Ilmu Tarekat pada
Amir Sayyid Kulal al-Bukhari. Dari sinilah ia pertama belajar tarekat. Pada
dasarnya tarekat ini bersumber dari Abu Ya’qub Yusuf al-Hamdani, seorang sufi
yang hidup sezaman dengan Abdul Qadir Jailani. Pusat perkembangan Tarekat
Tarekat Naqsyabandiyah adalah di Asia Tengah, ke Turki, India, Mekkah termasuk
ke Indonesia, melalui Jemaah Haji yang pulang ke Indonesia. Dalam
perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain : Gerakan Pembaharuan dan politik. Penaklukan Makkah oleh
Abd al-Aziz bin Saud berakibat besar terhambatnya perkembangan tarekat
Naqsabandiyah. Karena sejak saat itu kepemimpinan di Makkah diperintah oleh
kaum Wahaby yang mempunyai pandangan buruk terhadap tarekat.
Sejak
itu tertutuplah kemungkinan untuk mengajarkan tarekat ini di Makkah bagi Jamaah
haji khususnya dari Indonesia yang setiap dari generasi banyak dari mereka
masuk tarekat. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai beberapa tata cara peribadatan,
teknik spiritual dan ritual tersendiri, antara lain adalah : Pertama, Husy dar
dam , Suatu latihan konsentrasi dimana seorang harus menjaga diri dari
kehkilafan dan kealpaan ketika keluar masuk nafas, supaya hati selalu merasakan
kehadiran Allah SWT . Kedua, Nazhar bar Qadam, “Menjaga langkah”. Seorang murid
yang sedang menjalani khalwat suluk, bila berjalan harus menundukkan kepala ,
melihat kearah kaki. Dan apabila duduk, tidak memandang ke kiri atau ke kanan.
Ketiga, Safar dar wathan.” Melakukan perjalan di tanah kelahirannya”. Maknanya
melakukan perjalanan bathin dengan meninggalkan segala bentuk
ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai
mahluk yang mulia. Keempat, Khalwat dari anjuman, ” Sepi di tengah keramaian”.
Kelima, Yad krad, ” Ingat atau menyebut”. Berzikir terus menerus mengingat
Allah, baik zikir Ism al-Dzat(menyebut nama Allah)maupun zikir naïf Itsbat (
Menyebut La Ilaha Illa Allah )
4) Tarekat
Khalwatiyah.
Nama
tersebut diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang Makassar yaitu
Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj al-Khalwaty al-Makassary.
Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama kita.
Keduanya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman.
Tarekat Khalwatiyah ini hanya menyebar dikalangan orang Makassar dan sedikit
orang bugis. Para khalifah yang diangkat terdiri dari orang Makassar sehingga
secara etnis tarekat ini dikaitkan dengan suku tersebut. Beliau yang pertama
kali menyebarkan tarekat ini ke Indonesia. Guru beliau Syaikh Abu al- Baraqah Ayyub
al-Kahlwati al-Quraisy. bergelar ” Taj al- Khalwaty” sehingga namanya menjadi
Syaikh Yusuf Taj al-Khalwaty. Al-Makassary dibaiat menjadi penganut Tarekat
Khalwatiyah di Damaskus Ada indikasi
bahwa tarekat yang dijarkan merupakan penggabungan dari beberapa tarekat yang
pernah ia pelajari, walaupun Tarekat Khalwatiyah tetap yang paling dominan.
Adapun dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah : Pertama, Yaqza maksudnya
kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang
maha Agung. Kedua, Taubah Mohon ampun atas segala dosa. Ketiga, Muhasabah,
menghitung-hitung atao introspeksi diri. Keempat, Inabah, berhasrat kembali
kepada Allah. Kelima, Tafakkur Merenung tentang kebesaran Allah. Keenam,
I’tisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di bumi. Ketujuh, Firar Lari
dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah
melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu
bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima’
mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah
terutama pendengaran.
5) Tarekat Syattariyah.
Pendirinya
tarekat Syaikh Abd Allah al-Syathary. Jika ditelusuri lebih awal lagi tarekat
ini sesunggguhnya memiliki akar keterkaitan dengan tradisi Transoxiana, karena
silsilahnya terhubungkan kepada Abu Yazid al-Isyqi, yang terhubungkan lagi
kepada Abu yazid al- Bustami dan Imam Ja’far Shadiq. Tidak mengherankan
kemudian jika tarekat ini dikenal dengan nama Tarekat Isyqiyyah di Iran, atau
Tarekat Bistamiyah di Turki Utsmani. Sekitar abad ke lima cukup popular di
Wilayah Asia Tengah, sebelum akhirnya memudar dan pengaruhnya digantikan oleh
Tarekat Naqsabandiyah. Tarekat Syattariyah menonjolkan aspek dzikir dalam
ajarannya. Para pengikut tarekat ini mencapai tujuan-tujuan mistik melalui
kehidupan asketisme atau zuhud. Untuk menjalaninya seseorang terlebih dahulu
harus mencapai kesempurnaan pada tingkat akhyar (orang yang terpilih) dan Abrar
(orang yang terbaik). Ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan tarekat Syattariyah ini, Sebagaimana yang di kutip dalam Ensiklopedi
Islam, yaitu : Tobat, Zuhud, Tawakkal, Qanaah, Uzlah, Muraqabah, Sabar, Ridha,
Dzikir dan Musyaahadah (menyaksikan Keindahan, kebesaran dan kemuliaan AllahSWT
Dzikir dalam Tarekat Syattariyah terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu : Kesatu,
Menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya, Kedua,
menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan Keindahan-Nya, Ketiga,
menyebut nama-nama Allah SWT yang merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut.
6) Tarekat Sammaniyah.
Didirikan
oleh Muhammad bin Abdul Karim al-Madani al-Syafi’i al-samman, lahir di Madinah
dari keluarga Quraisy. Di kalangan muridnya ia lebih di kenal dengan nama al-Sammany
atau Muhammad Samman. Beliau banyak menghabiskan hidupnya di Madinah dan
tinggal di rumah bersejarah milik Abu Bakar As-siddiq. Guru – guru beliau
Muhammad Hayyat seorang muhaddits di Haramain sebagai penganut tarekat
Naqsyabandiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang penentang bid’ah dan
praktik-praktik syirik serta pendiri Wahabiyah. Muhammad Sulaiman Al-Qurdi, Abu
Thahir Al-Qur ani, Abdul Allah Al-Basri, dan Mustafa bin Kamal Al-Din Al-Bakri.
Mustafa bin kamal Al-Din al-Bakri (Mustafa Al-Bakri) adalah guru bidang tasauf
dan tauhid dan merupakan Syaikh Tarekat Khalwatiyah yang menetap di Madinah.
Samman membuka cabang tarekat Al-Muhammadiyah. Samman belajar tarekat
Khalwatiyah, Naqshabandiyah, Qadiriyah, Syadziliyah. Dengan masuk menjadi murid
tarekat Qadiriyah ia dikenal dengan nama Muhammad Bin Abdul Karim Al-Qadiri
Al-Samman dalam perjalanan belajarnya itu ternyata tarekat Naqsabandiyah juga
banyak mempengaruhinya, sementara itu tarekat Syadziliyah juga dipelajari oleh
Samman sebagai Tarekat yang mewakili tradisi tasauf Maghribi. Dari beberapa
ajaran tarekat yang dipelajarinya, Samman akhirnya meracik tarekat tersebut,
termasuk memadukan tekhnik-tekhnik zikir, bacaan bacaan, dan ajaran mistis
lainnya, sehingga menjadi satu nama tarekat yaitu tarekat Sammaniyah. Tarekat
Sammaniyah ini juga berkembang di Nusantara, menurut keterangan dari Snouck
Haugronje selama tinggal di Aceh, ia menyaksikan tarekat ini telah dipakai oleh
masyarakat setempat. selain itu Tarekat ini juga banyak berkembang di daerah
lain terutama di Sulawesi selatan. Dan menurut keterangan Sri Muliyati bahwa
dapat dipastikan bahwa di daerah Sulawesi Selatanlah Tarekat Sammaniyah yang
terbanyak pengikutnya hingga kini.
Ajaran-ajaran
pokok yang terdapat Tarekat ini adalah :
Tawassul,
Memohon berkah kepada pihak-pihak tertentu yang dijaadikan wasilah(perantara)
agar maksud bisa tercapai. Obyek tawasul tarekat ini adalah Nabi Muhammad,
keluarganya, para sahabatnya, asma-asma Allah, para Auliya, para ulama Fiqih,
para ahli Tarekat, para ahli Makrifat, kedua orang tua
Wahdat
al-Wujud, merupakan tujuan akhir yang mau di capai oleh para sufi dalam
mujahadahnya.Wahdatul wujud merupakan tahapan dimana ia menyatu dengan hakikat
alam yaitu Hakikat Muhammad atau nur Muhammad. Nur Muhammad merupakan salah
satu rahasia Allah yang kemudian diberinya maqam. Nur Muhammad adalah pangkal
terbentuknya alam semesta dan dari wujudnya terbentuk segala makhluk Insan
Kamil, dari segi syariat Wujud Insan kamil adalah Muhammad dan sedang dari segi
hakekat adalah Nur Muhammad atau hakekat Muhammad, Orang Islam yang berminat
menuju Tuhan sampai bertemu sampai bertemu denganya harus melewati koridor ini
yaitu mengikuti jejak langkah Muhammad.
7) Tarekat Tijaniyah
Didirkan
oleh syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani, lahir di ‘Ain Madi, Aljazair Selatan,
dan meninggal di Fez, Maroko. Syaikh Ahmad Tijani diyakini sebagai wali agung
yang memiliki derajat tertinggi, dan memiliki banyak keramat, menurut
pengakuannya, Ahmad Tijani memiliki Nasab sampai kepada Nabi Muhammad .
Silsilah dan garis nasabnya adalah Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Salim bin
al-Idl bin salim bin Ahmad bin Ishaq bin Zain al Abidin bin Ahmad bin Abi
Thalib, dari garis sitti Fatimah al-Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW. Ahmad
Tijani lahir dan di besarkan dalam lingkungan tradisi keluarga yang taat
beragama. Beliau memperdalam ilmu kepada
para wali besar di berbagai Negara seperti Tunis, Mesir, Makkah, Medinah,
Maroko. Kunjungan itu untuk mecari ilmu-ilmu kewalian secara lebih luas, sehingga
ia berhasil mencapai derajat kewalian yang sangat tinggi. Selanjutnya tarekat
ini berkembang di Negara Afrika seperti Sinegal, Mauritania, Guinea, Nigeria,
dan Gambia, bahkan sampai ke luar Afrika termasuk Saudi Arabia dan Indonesia.
Tarekat
Tijaniah masuk ke Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi ada fenomena
yang menunjukkan gerakan awal Tarekat Tijaniyah yaitu : Kehadiran Syaikh Ali
bin Abd Allah al-Thayyib dan adanya pengajaran Tarekat Tijaniyah di Pesantren
Buntet Cirebon. Kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib tidak diketahui
secara pasti tahunnya. Menurut penjelasan GF. Pijper dalam buku Fragmenta
Islamica: Beberapa tentang Studi tentang Islam di Indonesia abad 20 sebagaimana
yang di kutip oleh Sri Muliyati bahwa Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib
datang pertama kali ke Indonesia, saat menyebarkan Tarekat Tijaniyah ini di
Tasikmalaya.
Berdarkan
kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib ke pulau Jawa, maka Tarekat
Tijaniyah ini diperkirakan datang ke Indonesia pada awal abad ke 20 M. namun
menurut Pijper, sebelum tahun 1928 Tarekat Tijaniyah belum mempunyai pengikut
di pulau jawa. Pijper menjelaskan bawha Cirebon merupakan tempat pertama
diketahui adanya gerakan tarekat Tijaniyah. Pada bulan Maret 1928 pemerintah
Kolonial mendapat laporan bahwa ada gerakan keagamaan yang dibawa oleh guru
agama ( Kiyai) yag membawa ajaran Tarekat baru yaitu Tijaniyah.
Dari
Cirebon ini kemudian menyebar secara luas ke daerah-daerah di pulau Jawa
melalui murid-murid pesantren Buntet ini. Perkembanga tarekat ini pada akhirnya
bukan hanya dari pesantren Buntet di Cirebon tetapi juga dari luar Cirebon.
Seperti Tasikmalaya, Brebes dan Ciamis. Selanjutnya Mengenai ajaran ajaran
Tarekat ini, pada dasarnya Hamper sama dengan tarekat-tarekat yang telah
berkembang sebelumnya pendekatan kepada Allah melalui Dzikir. Ajaran Tarekat
ini cukup sederhana , yaitu perlu adanya perantara ( wasilah) antar manusia dan
Tuhan . Perantara itu adalah dirinya sendiri dan para pengganti/wakil/naibnya.
Pengikut-pengikutnya dilarang keras mengikuti guru-guru lain yang manapun ,
bahkan ia dilarang pula untuk memohon kepada wali dimanapun selain diriya.
Secara umum amalan zikir (wirid) dalam Tarekat Tijaniyah terdiri dari tiga
unsur pokok yaitu, Istigfar, Shalawat, dan Hailalah. Inti ajaran zikir dalam
Tarekat Tijaniyah adalah sebagai upaya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat lupa
terhadap Allah dan mengisinya secara terus menerus dengan menghadirkan jiwa
kepada Allah SWT melalui zikir terhadap zat, sifat-sifat, hukum-hukum dan
perbuatan Allah. Zikir tersebut mencakup dua bentuk,yaitu zikir bil al-Lisan
dan zikir bi al-Qalb. Adapun bentuk amalan wirid Tarekat Tijaniyah terdiri dari
dua jenis yaitu, Wirid Wajibah dan wirid Ikhtiyaariyah, Wirid Wajibah yakni
wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid Tijaniyah, tidak boleh tidak dan
menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid Tijaniyah. Wirid Ikhtiyariyah
yakni Wirid yang tidak mempunyai ketentuan kewajiban untuk mengamalkannya, dan
tidak menjadi ukuran syarat sah atau tidaknya menjadi murid Tijaniyah. Wirid
Wajibah Ini terbagi lagi menjadi tiga yaitu (1)Wirid Lazimah, (2)Wirid
Wadzifah, (3)Wirid hailalah.
8) Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah,
Tarekat ini adalah merupakan tarekat gabungan
dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat Qadiriyah
Naqsyabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu
penggabungan dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat
ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya
unsur-unsur pilihan dari Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan
menjadi sesuatu yang baru. Tarekat ini didirikan oleh OrangIndonesia Asli yaitu
Ahmad Khatib Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada
pertengahan abad kesembilan belas. Bila dilihat dari perkembangannya Tarekat
ini bisa juga disebut “Tarekat Sambasiyah” Tapi Nampaknya Syaikh al-Khatib
tidak menamakan tarekatnya dengan namanya sendiri. berbeda dengan guru-gurunya
yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai dengan nama pengembangnya.
Sebagaimana kebiasaan ulama-ulama sebelumnya untuk memperdalam ilmu agama,
kiranya mereka berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu yang mereka miliki.
Demikian pula halnya dengan Ahmad Khatib, ia berangkat ke Makkah untuk belajar
Ilmu-ilmu Islam termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat di hargai
diantara teman-temannya dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di
seluruh Indonesia. Diantara gurunya adalah Syaikh Daud bin Abd Allah bin Idris
al Fatani, Syaikh Muhammad Shalih Rays, selain itu ia juga banyak mengikuti dan
menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan oleh Syaikh Bishry al-Jabaty, Sayyid
ahmad al-Marzuki, Sayyid abd Allah ibn Muhammad al- Mirghany.
Sebagaimana
di singgung sebelumnya bahwa tarekat ini mengambil dua nama tarekat yang telah
berkembang sebelumnya yaitu Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Tarekat Qadariyah
sendiri dibangun oleh Abd Qadir Jilaiyang mengacu pada tradisi Mazhab Iraqy
yang dikembangkan oleh al-Junaid, sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah dibangun
oleh Muhammad bin Muhammad Bah al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi yang
didasarkan kepada tradisi al-Khurasany yang dipelopori oleh al-Bisthami. Di
samping itukeduanya juga mempunyai cara-cara yang berbeda terutama dalam
menerapkan cara dan teknik berzikir. Qadiriyah lebih mengutamakan pada
penggunaan cara-cara zikir keras dan jelas ( dzikr Jahr ), dalam menyebutkan
Nafy dan Itsbath, yakni Kalimat La Ilaaha Illa Allah. Sementara Naqsyabandiyah
lebih suka memilih dzikir dengan cara yang lembut dan samar ( Dzikr Khafy),
pada pelafalan Ism al-Dzat,Yakni Allah-Allah-Allah. Allah di dalam hatinya dan
pengabdian kepada Syaikh.
Aturan
dzikir yang telah diformulasikan oleh Syaikh Ahmad Khatib pada Tarekat
Qadiriyah-Naqsabandiyah dalam bentuk Nafyi wa Itsbat atau dengan Ism al-Dza,
merupaka satu bentuk bimbingan praktis yang didorong dan didasari ayat-ayat
Al-Qur’an. Sehingga Thariqah, jalan spritualnya diformulasikan sedemikian rupa
sehingga berzikir (mengingat Allah) Menjadi lebih efektif, mudah dirasakan dan
diresapkan dalam hati orang yang melakukannya, baik dalam bentuk dzikir Jahr
maupun dalam bentuk Sirr. Secara rinci Syaikh Ahmad Khatib merumuskan cara-cara
meresapi zikir kepada Allah agar sampai pada tingkat hakikat atau kesempurnaan,
yaitu :
Pertama, Salik hendaklah berkonsentrasi
dan membersihkan hatinya dari segala cela sehingga dalam hati dan fikirannya
tidak ada sesuatu pun selain Zat Allah, Kemudian meminta limpahan karunia dan
kasih sayangnya serta pengenalan yang sempurna melalui perantaraan Mursyid
(Syaikh). Kadua, ketika mengucapkan
lafal-lafal dzikir terutama Nafyi wa Itsbat La Ilaaha Illa Allah, hendaknya salik
menarik gerakan melalui suatu trayek dibadannya, dari pusat perut sampai ke
otak kepalanya. Kemudian ditarik kearah bahu kanan dan dari sana dipukulkan
dengan keras ke jantung. Disini kepala juga ikut bergerak sesuai dengan trayek
zikir. Dari bawah ke atas ditarik kata” La ” dengan ukuran tujuh mad, kemudian
kata ilaha ditarik ke bahu kanan dengan ukuran yang sama dan akhirnya kata ”
illallah ” dipukulkan ke jantung dengan ukuran yang lebih lama sekitar tiga
mad. Dan yang ketiga dengan memusatkan zikir pada titik-titik
halus (Lathaif) dalam anggota badan. Titik-titik halus semacam Lathifah al-Qalb
terletak di bawah susu kiri berukuran dua jari. Lathifah ar-Ruh terletak di
bawah susu kanan berukuran dua jari. Lathifah as-Sirr terletak bertepatan
dengan susu kiri berukuran dua jari. Lathifah al-Khafy letaknya bertepatan
dengan susu kanan berukuran dua jari. Lathifah al-akhfa letaknya di tengah dada
dan Lathifah an-Nafs letaknya dalam dahi dan seluruh kepala. Seadangkan unsur
unsur yang empat (Anashir al-Arbaah) adalah seluruh anggota badan harus
merasakan zikir dan merasakan hakikatnya. Maka di sinilah seluruh anggota badan
dituntut untuk menyempurnakan dan melengkapi dalam membantu gerak zikir Lathaif
tadi.
Ajaran-ajaran
dalam tarekat
Ajaran-ajaran
dalam tarekat dapat dibedakan menjadi dua; yaitu ajaran khusus dan ajaran umum.
Ajaran yang bersifat khusus adalah amalan yang benar-benar harus dilaksanakan
pengikut sebuah tarekat, dan tidak boleh diamalkan oleh orang di luar tarekat
atau pengikut tarekat lain.
Amalan
khusus ini bisa dilaksanakan secara individual (fardiyyah) maupun secara
kolektif (jama’ah). Sedangkan ajaran yang bersifat umum, yaitu amalan-amalan
yang ada dan menjadi tradisi dalam tarekat, tetapi amalan ini juga bisa
dilakukan oleh masyarakat Islam di luar pengikut tarekat.
Amalan
ini bisa dilaksanakan secara individual (fardiyyah) maupun secara kolektif
(jama’ah). Namun, untuk membedakan bahwa suatu amalan itu masuk pada ajaran
khusus atau ajaran umum, sangatlah sulit karena semua ajaran yang ada pada
tarekat bersumber pada Al qur’an dan Hadis.
Sehingga
umat Islam boleh dan bahkan harus mengamalkan ajaran-ajaran yang termaktub
dalam Al-Qur’an dan Hadis tanpa kecuali.Sesuatu yang dapat membedakan bahwa
ajaran ini bersifat khusus atau bersifat umum adalah pada proses bai’at atau
talqin. Apabila seseorang telah mengikuti prosesi tersebut pada suatu tarekat,
maka ia akan diberikan amalan-amalan yang memiliki ciri-ciri khusus dalam
tarekat tersebut, walaupun umat Islam lain yang bukan pengikut suatu tarekat
juga mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
Uraian sebelumnya dapat difahami bahwa Tarekat sebanarnya telah ada Sejak
munculnya Islam yakni tatkala Rasulullah SAW melakukan Takhannus atau
berkhalwat di Gua Hira. Apa yang dilakukan Rasullah ini selain untuk mencari
ketenangan hati dan kebersihan jiwa juga yang terpenting adalah mendekatkan
diri kepada Allah SWT dengan khusyu. Sebagaimana pula halnya para penganut
Tarekat
pada Umumnya yang berusaha memaknai hidup ini dengan berusaha semaksimal
mungkin mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui Tarekat.
Banyaknya
Tarekat-tarekat yang tumbuh dan berkembang di Dunia Islam (Dinasti-dinasti
Islam di Persia atau Jazirah arab dan sekitarnya) berdampak pula dengan
menyebarkan Tarekat-tarekat ini di Nusantara. Diantara Faktor yang menyebabkan
cepatnya tarekat ini berkembang di Nusantara adalah karena jalur perdagangan
melalui laut yang sudah lancer yang bisa menghubungkan satu daerah dengan
daerah lain di Nusantara bahkan di Dunia, Faktor lainnya adalah adanya
kesadaran Ulama-ulama Indonesia untuk mendalami ilmu agama khususnya di luar
Nusantara seperti di Makkah.
Tarekat
tidak bisa dibatasi dari aspek pemaknaan saja bersadarkan pemahaman yang telah
berkembang sebelumnya yakni bahwa Tarekat merupakan jalan atau metode yang
ditempuh untuk mendekatkan diri
sedekat
mungkin dengan Allah SWT. Kenyataannya bahwa Tarekat itu memiliki makna lain
yang bisa lebih spesifik misalnya Tarekat di maknai sebagai faham Mistik yang
dapat mendatangkan kekuatan gaib dan semacamnya.
SUMBER RUJUKAN :
http://allahadatanpatempat.wordpress.com/2010/04/26/sekilas-perkembangan-tarekat-dan-tasawuf-di-indonsia-supaya-kita-paham-bahwa-ulama-ahlussunnah-adalah-kaum-sufi-sejati/
Kabbani,
M.H. Classical Islam and the Naqshbandi
Sufi Tradition. Fenton, Mich.:
Islamic Supreme Council of America. 2004
Nazim,
Shaykh M. On the Bridge to Eternity.
Kuala Lumpur: Planet Ilmu Sdn. Bhd. 1999
Sri
Mulyati,2004. Mengenal dan memahami
Tarekat-Tarekat Muktabaroh di Indonesia, Kencana,Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar