Rabu, 29 Mei 2013

Nyamannya Perpustakaan Modern


Nyamannya Perpustakaan Modern Nyamannya Perpustakaan ModernBagi para kutu buku, mencari ”makanan” berupa bacaan sudah tak perlu lagi memenuhi lorong-lorong toko buku di pusat belanja. Kini ada beberapa perpustakaan modern di Jakarta yang menjadi tempat tongkrongan para kutu buku.

Freedom Library misalnya. Perpustakaan umum yang berada di Jalan Proklamasi No 41 Jakarta Pusat ini setiap hari menjadi sarang para kutu buku berkumpul. Perpustakaan yang terdapat di lantai dasar Wisma Proklamasi ini sejak tiga tahun lalu sudah menarik perhatian para pencinta buku. Kepala Divisi Perpustakaan dan Dokumentasi Freedom Institute Wahyu Budhi Nugroho menyebutkan, lebih dari 11.000 judul buku disediakan di Freedom Library.

Freedom Institute, sebagai lembaga yang menaungi Freedom Library, dikatakan Wahyu, memang lebih memfokuskan perhatian ke literatur-literatur yang membahas tentang politik, ekonomi, dan demokrasi dunia. ”Untuk koleksi buku di Freedom Library ada sekitar 11.000.Tapi itu tidak termasuk buku-buku yang belum dikeluarkan. Dari ribuan koleksi buku, kami paling banyak memiliki buku-buku tentang politik, ekonomi,dan demokrasi,” ujar Wahyu kemarin.

Dia menambahkan, buku buku yang disediakan di Freedom Library memang lebih ditujukan untuk mahasiswa jenjang Strata 1 dan Strata 2. Lebih lanjut Wahyu menceritakan beberapa mahasiswa yang datang ke Freedom Library mengaku banyak menemukan buku-buku literatur luar ataupun dalam negeri yang tidak ditemukan di perpustakaan lainnya.

Keberadaan perpustakaan modern seperti Freedom Library ini pun ternyata tidak hanya dimanfaatkan mahasiswa yang berdomisili di Jakarta ataupun sekitarnya. Mahasiswa dari luar kota seperti Bandung dan Yogyakarta juga kerap berburu buku di tempat ini. Salah satunya mahasiswa dari Universitas Padjadjaran yang setiap tahunnya secara rutin berkunjung ke Freedom Library untuk melakukan studi literatur.


Beragamnya jenis buku ataupun literatur yang disediakan perpustakaan ini pun membuat Freedom Library mengizinkan pengunjungnya untuk mengkopi buku yang mereka baca. Syaratnya, selain mendaftar terlebih dahulu sebagai anggota, pengunjung juga harus menuliskan formulir yang memastikan bahwa mereka mengkopinya hanya untuk kepentingan pendidikan, bukan untuk diperbanyak.

Suasana Freedom Library yang tenang dan sejuk tidak hanya menyediakan meja dan kursi untuk membaca.Namun, di tempat ini juga disediakan sofa-sofa empuk yang bisa membuat pembaca tidak bosan untuk melahap buku-buku yang mereka nikmati. Para kutu buku pun terbilang betah berlama-lama di Freedom Library.Perpustakaan yang juga memiliki taman bersantai di halamannya ini dibuka untuk umum setiap hari kerja mulai sejak pukul 09.00 WIB hingga 19.00 WIB.

Seperti yang diungkapkan Sony, 23, mahasiswa perguruan tinggi di Jakarta Pusat. Dibandingkan harus mencari-cari buku di toko buku besar, dia lebih senang menghabiskan waktu di tempat ini.”Dulu memang cari buku yang lengkap itu hanya di toko buku.Tapi, perpustakaan kayak gini ternyata lebih enak dan bikin betah, sampai lupa waktu.Suasananya juga tenang, enggak berisik, meskipun ramai,” katanya. Selain menyediakan ruang baca, Freedom Library juga menyediakan ruang-ruang diskusi.

Beberapa komunitas di Jakarta kerap menggunakan Freedom Library sebagai tempat berkumpul mereka. Pilihan lain untuk dapat menemukan perpustakaan modern juga dapat ditemukan di Jalan Danau Limboto C2 No 96, Penjernihan, Jakarta Pusat. Sebuah rumah modern dengan tiga lantai bernama Fadli Zon Library menjadi opsi tempat si kutu buku berkumpul. Di sini dapat ditemukan banyak literatur- literatur yang berkaitan dengan sejarah, budaya, hingga politik. Untuk koleksi buku, Fadli Zon Library menyediakan hingga 45.000 pilihan buku.

Mulai dari buku-buku terbaru hingga buku-buku tua dan kuno dapat ditemukan di sini. Tidak hanya buku, Fadli Zon Library juga memiliki koleksi majalah, naskah, hingga ribuan lembar koran kuno yang terbit pada ratusan tahun silam. Salah satu buku tertua yang dapat ditemukan di sini adalah Het Amboinsch Kruid-Boek (Herbarium Amboinensis) karya Georgius Everhardus Rumphius terbitan tahun 1747 dan Histoire de Sumatra karya William Marsden terbitan tahun 1788 dalam dua volume.

Sedangkan untuk koran tua, Fadli Zon memiliki Selompret Malajoe (1862), Wazir Indie (1878- 1979), Sin Po (1922-1955), Patriot (1946-1947), Berdjoang (1946-1947), Madura Syuu (1943-1945),dan sebagainya. Seperti Freedom Library yang sering dijadikan tempat berkumpul komunitas studi di Jakarta,Fadli Zon Library juga demikian. Di sini disediakan sebuah lantai khusus untuk diskusi yang juga biasa menjadi tempat berkumpul tokoh-tokoh intelektual dalam dan luar negeri.

Artikel lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar